PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSELING BEHAVIOR PADA PESERTA DIDIK KELAS IX E SMP NEGERI 2 BANTARKAWUNG SEMESTER III TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Ani Maryani, S.Pd.
ABSTRAK
Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah besar peningkatan motivasi belajar mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konseling behavior pada peserta didik kelas IX E SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2019/2020? (b) Bagaimanakah perubahan perilaku belajar dalam meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konseling behavior pada peserta didik kelas IX E SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2019/2020? Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mendeskripsikan besar peningkatan motivasi belajar mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konseling behavior pada peserta didik kelas IX E SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2019/2020. (b) Mendeskripsikan perubahan perilaku belajar dalam meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konseling behavior pada peserta didik kelas IX E SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2019/2020 Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak 2 Siklus yaitu Bimbingan untuk mengatasi masalah berkaitan dengan motivasi belajar mata pelajaran matematika pada peserta didik yaitu melaksanakan bimbingan klasikal terhadap peserta didik dengan topik : Peningkatan motivasi belajar mata pelajaran matematika Hasil pengamatan dan wawancara serta diskusi dengan observer mereka masih perlu berlatih agar peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran matematika yaitu sebagai berikut: Pra siklus sebesar 60%, Siklus I sebesar 72,09% dan Siklus II sebesar 86,05% Simpulan dari penelitian ini adalah Telah terjadi perubahan perilaku belajar peserta didik yang baik dalam setiap tahapan proses konseling behavior ditunjukkan adanya peningkatan aktivitas peserta didik, pada kondisi awal masih malu-malu setiap tampil, cenderung pasif, diam dan merasa ada hambatan berbicara. Setelah diberi tindakan peserta didik punya motivasi belajar mata pelajaran matematika
Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Pembelajaran Matematika, behavior
PENDAHULUAN
Salah satu kesulitan yang sering dialami peserta didik adalah masalah rendahnya rasa percaya diri. Kalau hal ini tidak mendapat penanganan sejak dini, akan berdampak negatif bagi peserta didik yaitu hasil belajar yang kurang optimal. Sudah tentu hilangnya rasa percaya diri menjadi suatu yang sangat mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada tantangan atau situasi baru (Enung 2010:148).
Percaya diri adalah salah satu kunci kesuksesan hidup individu. Karena tanpa adanya rasa percaya diri, individu tidak akan suses dalam berinteraksi dengan orang lain. Karena pada prinsipnya rasa percaya diri secara alami bisa memberikan individu efektivitas kerja, kesehatan lahir batin, kecerdasan, keberanian, daya kreatifitas, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, kontrol diri, kematangan etika, rendah hati, toleran, rasa puas, serta ketenangan jiwa..dalam http://fip.unp.ac.id/bk/impact/05.christiana.
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang dihadapi. Rasa percaya diri yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa dia bisa (Enung 2010:149).
Berdasarkan hal itu, dilaksanakan penelitian tindakan bimbingan konseling pada peserta didik kelas IX B SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2020/ 2019 yang mengalami masalah kurang rasa percaya diri jika diminta tampil di depan kelas, baik tampil berkelompok maupun tampil individual.
Peneliti mengambil peserta didik untuk kelas IX B, jumlah siswa ada 33 anak. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari peserta didik dengan menjawab sejumlah pertanyaan dari pembimbing, ada 17 peserta didik yang memiliki rasa kurang percaya diri antara lain adanya hambatan/kesulitan dalam mengutarakan pendapat, grogi bila berbicara di depan umum, ragu-ragu bila bertanya pada guru, takut membuat kesalahan ataupun malu bila presentasi di depan kelas, serta tak mau mengambil resiko yang akan terjadi. Keterangan yang mendukung adanya keraguan, malu ataupun sikap kurang berani tampil di depan kelas diperkuat oleh wali kelas IX B.
Rasa kurang percaya diri yang menjadi masalah peserta didik akan menghambat perkembangannya. Sebagai akibat peserta didik akan menjadi pesimis, putus asa, frustasi dan tidak dapat mencapai prestasi optimal.
Perilaku tidak percaya diri peserta didik tersebut harus ditangani, agar peserta didik dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Peranan pembimbing sangat penting dalam memberi bantuan pada individu yang membutuhkannya, sehingga dapat memahami diri dan masalah yang dihadapi, selanjutnya ia dapat mengarahkan diri, merealisasi dan tercapai kebahagiaan hidupnya
Alternatif bantuan yang dapat diberikan untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri peserta didik adalah dengan cara melakukan konseling behavior. Konseling behavior merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi antara konselor dan konseli dengan menggunakan berbagai pendekatan atau tehnik-tehnik konseling. Dengan menggunakan pendekatan konseling behavior akan lebih mudah dalam menentukan arah proses konseling. Layanan konseling yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya yang diselengarakan oleh seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) terhadap seorang konseli/peserta didik dalam rangka mengentaskan masalah pribadi konseli dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi langsung antara konselor dan konseli membahas berbagai masalah yang dialami konseli, perubahan tersebut bersifat mendalam & menyeluruh hal-hal penting tentang diri konseli (bahkan sangat penting boleh menyangkut rahasia pribadi konseli namun juga sifatnya spesifik menuju kearah pengentasan masalah).
Dalam usaha membantu mengatasi masalah peserta didik yang kurang percaya diri tampil di depan kelas, peneliti menggunakan pendekatan konseling behavior. Menurut Sudrajat (2011:46) konsep dasar konseling behavior memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya proses konseling merupakan suatu proses belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. Hal yang paling mendasar dalam konseling behavior adalah penggunaan konsep-konsep behaviorisme dalam pelaksanaan konseling, seperti konsep reinforcement, ada dua macam hal yang dapat memberikan penguatan yaitu 1) positive reinforcement, 2) negative reinforcement. http://fik.upi.edu/direktori/fip/jur-psiko.farida.
Dari pengertian konseling yang dipaparkan di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling adalah sebuah proses konseling yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral). Proses konseling behavior akan diberikan secara kelompok, karena konseli yang dibantu lebih dari satu orang. Selanjutnya berdasarkan uraian tersebut perlu diteliti apakah dengan pendekatan konseling behavior dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bantuan yang diberikan untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Berdasarkan latar belakang pemikiran yang diuraikan pada bagian sebelumnya, maka agar lebih jelas peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
- Bagaimanakah besar peningkatan rasa percaya diri tampil di depan kelas dengan menggunakan pendekatan konseling behavior pada peserta didik kelas IX B SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2020/ 2019?
- Bagaimanakah perubahan perilaku belajar dalam meningkatkan rasa percaya diri tampil di depan kelas dengan menggunakan pendekatan konseling behavior pada peserta didik kelas IX B SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2020/ 2019?
Pada dasarnya tujuan harus dirumuskan dengan jelas agar memberikan arah dalam melakukan tindakan. Oleh karena itu, tujuan penelitian pun harus dirumuskan dengan jelas agar dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti menentukan tujuan sebagai berikut:
- Mendeskripsikan besar peningkatan rasa percaya diri tampil di depan kelas dengan menggunakan pendekatan konseling behavior pada peserta didik kelas IX B SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2020/ 2019.
- Mendeskripsikan perubahan perilaku belajar dalam meningkatkan rasa percaya diri tampil di depan kelas dengan menggunakan pendekatan konseling behavior pada peserta didik kelas IX
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk peserta didik, guru, dan sekolah sebagai berikut.
A. Manfaat penelitian bagi peserta didik :
- membantu meningkatkan rasa percaya diri tampil di depan kelas secara berkelompok.
- membantu meningkatkan rasa percaya diri tampil di depan kelas secara individual.
B. Manfaat penelitian bagi guru :
- membantu peserta didik yang mengalami masalah rasa percaya diri tampil di depan kelas.
- membantu peserta didik yang mengalami masalah rasa percaya diri di bidang lain.
- Menambah pengetahuan guru pembimbing (Konselor) dalam memilih strategi dan model pendekatan dalam pelaksanaan proses layanan bimbingan dan konseling, serta memperbaiki dan meningkatkan proses layanan bimbingan konseling.
C. Manfaat bagi sekolah :
- Meningkatkan prestasi dan kualitas sekolah.
- Meningkatkan kinerja guru dan kinerja sekolah khususnya guru bimbingan konseling.
- Strategi dan model pendekatan dalam pelaksanaan proses layanan bimbingan dan konseling, mencerminkan kondusivitas sekolah secara umum dan menyeluruh.
- Turut serta mengatasi masalah yang sering menghambat peningkatan dan kualitas pendidikan secara umum.
- Memberikan arahan dan masukan kepada peserta didik secara final dan menyeluruh.
- Menciptakan situasi dan kondisi yang sehat, harmonis dan terbuka dengan peserta didik dan orang tua/wali peserta didik.
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian Percaya Diri
Menurut Enung (2010:149) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang dihadapi. Rasa percaya diri yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa dia bisa.
Percaya diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan diri, yakin dengan kelebihan yang dimiliki, dan tidak mempermasalahkan kekurangan yang melekat pada diri sendiri. http://www.discoverthest.org.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang menampakan dirinya bagaimana merasa, meyakini, dan mengetahui untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan/situasi yang dihadapi.
Menurut Enung (2010:149) beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain.
- Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.
- Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri.
- Punya pengendalian diri baik (tidak moody dan emosinya stabil).
- Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/ mengharapkan bantuan orang lain).
- Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya.
- Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Pengertian Konseling
Pengertian Konseling www.maribelajarbk.web.id/…/pengertian konseling 19 Juni 2014. Layanan konseling yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya yang diselengarakan oleh seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) terhadap seorang konseli/pesert didik dalam rangka mengentaskan masalah pribadi konseli dalam suasana tatap muka. Dilaksanakan interaksi langsung antara konselor dan konseli membahas berbagai masalah yang dialami konseli, perubahan tersebut bersifat mendalam & menyeluruh hal-hal penting tentang diri konseli (bahkan sangat penting boleh menyangkut rahasia pribadi konseli namun juga sifatnya spesifik menuju kearah pengentasan masalah).
Robicanwardaniblogspot.com/2012/layanankonseling.htmi, 26 Oktober 2012. Pengertian layanan konseling. Konseling salah satu jenis layanan bimbingan konseling paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Dengan demikian konseling merupakan “jantunghati” adalah apabila seseorang konselor telah mengerti dengan baik, memahami, menghayati dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dengan berbagai teknik & tehnologi.
Layanan konseling merupakan bentuk layanan bimbingan konseling khusus antara peserta didik (klien) dengan konselor dan mendapat layanan langsung tatap muka ( secara perorangan) dalam dalam pembahasan pengetahuan perubahan, pribadi yang diderita peserta didik (klien).
Pengertian behaviorisme menurut M. Jumarin (2005:19) adalah suatu pandangan teoretis yang menekankan aspek lahiriyah, dapat diukur, dapat dipredisi. Pandangan ini akhirnya dikenal dengan teori belajar, karena seluruh perilaku manusia (kecuali insting) diasumsikan sebaai hasil belajar. Belajar artinya perubahan tingkah laku organisme sebagai pengaruh lingkungan, manusia adalah makhluk yang deterministik dan mekanistik. Secara singkat pandangan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Mempertimbangkan pengaruh lingkungan, mementingkan masa lampau, mementingkan pembentukan kebiasaan dan mementingkan trial and error.
Konseling adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini. Konseling merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh konselor kepada klien/konseli dengan menggunakan pendekatan tingkah laku untuk mengatasi masalah yang dihadapi serta dalam penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh konseli.
Tujuan Konseling Behavior
Tujuan utama konseling behavior menurut Sudrajat (2011 : 47) adalah berusaha menghapus perilaku mal adaptif (masalah) untuk digantikan dengan perilaku adaptif yang diinginkan konseli, maka tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan dalam perilaku yang spesifik, dinginkan oleh konseli, konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut, konseli dapat mencapai tujuan tersebut, dan dirumuskan secara spesifik, konselor dan konseli bekerjasama menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
Konseling behavior adalah membantu individu/klien belajar atau mengubah perilaku, konselor berperan membantu dalam proses belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien dapat mengubah perilakunya serta memecahkan masalahnya.
Deskripsi Proses Konseling Behavior
Menurut Sudrajat (2011:47) proses konseling behavior adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut. Dalam hal ini konselor aktif adalah sebagai berikut.
- merumuskan masalah yang dialami konseli.
- memegang tanggung jawab kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
- mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasilnya.
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam konseling behavior menurut Sudrajat (2011:47) adalah sebagai berikut.
- assesment, konselor mendorong konseli untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya, hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi metode atau tehnik yang akan dipilih sesuai dengan perilaku yang akan diubah.
- goal setting, konselor dan konseli menyusun dan merumuskan bersama tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.
- teknik implementation, menentukan dan melaksanakan tehnik konseling yang digunakan untuk mencapai perilaku yang diinginkan.
- evaluation termination, melakukan kegiatan penilaian apakah konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan.
- feedback, memberikan umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian tindakan bimbingan konseling ini dapat peneliti uraikan sebagai berikut. Kondisi awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan bimbingan konseling, telah diperoleh gambaran bahwa beberapa peserta didik menunjukkan gejala kurang percaya diri saat tampil di depan kelas. Hal ini diperoleh dari hasil observasi serta wawancara dengan wali kelas IX B. Agar rasa percaya diri meningkat terutama saat tampil di depan kelas, maka dilakukan tindakan oleh guru pembimbing, dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada semua peserta didik di kelas IX B tersebut. Berdasarkan kajian hasil pertanyaan yang telah dijawab oleh 43 peserta didik ternyata sebanyak 17 anak (sekitar 40%) menyatakan mengalami kesulitan jika tampil di depan kelas dengan alasan sebagai berikut.
1) takut salah menyampaikan informasi.
2) kurang pengalaman.
3) merasa dirinya pemalu.
4) demam panggung serta tidak terbiasa.
Langkah berikutnya yaitu mengadakan konseling secara kelompok terhadap beberapa peserta didik yang mengalami masalah kurang percaya diri dengan menerapkan pendekatan konseling behavior. Kemudian mengadakan penilaian saat peserta didik tampil di depan kelas secara individu. Tindakan yang dilakukan melalui 2 (dua) siklus.
BERIKUT INI KERANGKA BERPIKIR YANG DITEMPUH DALAM PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN KONSELING
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir di atas dapat dikemukakan rumusan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1) penggunaan pendekatan konseling behavior dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik tampil di depan kelas.
2) penggunaan pendekatan konseling behavior pada bimbingan peningkatan rasa percaya diri tampil di depan kelas dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku belajar pada peserta didik kelas IX B SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2020/ 2019.
METODE PENELITIAN
SETING PENELITIAN
Lokasi
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Bantarkawung yang beralamat di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Semester II Tahun Pelajaran 2019/ 2020.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru SMP Negeri 2 Bantarkawung.
Waktu Penelitian
Lamanya penelitian yang dilakukan sekitar enam bulan, yaitu bulan Januari- Juni 2020.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
Berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir, peserta didik kelas IX B SMP Negeri 2 Bantarkawung Semester III tahun pelajaran 2020/ 2019 yang mengalami masalah kurang rasa percaya diri jika diminta tampil di depan kelas, baik tampil berkelompok maupun tampil individual.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari peserta didik dengan menjawab sejumlah pertanyaan dari pembimbing, ada 17 peserta didik (sekitar 40%) yang memiliki rasa kurang percaya diri jika tampil berkelompok dan masih 50% yang merasa kurang percaya diri jika tampil individual, antara lain adanya hambatan/kesulitan dalam mengutarakan pendapat, grogi bila berbicara di depan umum, ragu-ragu bila bertanya pada guru, takut membuat kesalahan ataupun malu bila presentasi di depan kelas, serta tak mau mengambil resiko yang akan terjadi. Keterangan yang mendukung adanya keraguan, malu/sikap kurang berani tampil di depan kelas diperkuat oleh wali kelas IX B.
Rasa kurang percaya diri yang menjadi masalah peserta didik akan menghambat perkembangannya. Sebagai akibat peserta didik akan menjadi pesimis, putus asa, frustasi dan tidak dapat mencapai prestasi optimal.
Perilaku tidak percaya diri peserta didik tersebut harus ditangani, agar peserta didik dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Peranan pembimbing sangat penting dalam memberi bantuan pada individu yang membutuhkannya, sehingga dapat memahami diri dan masalah yang dihadapi, selanjutnya ia dapat mengarahkan diri, merealisasi dan tercapai kebahagiaan hidupnya
Dari Analisa data rasa percaya diri tampil di depan kelas dapat di tentukan peserta didik mana yang perlu mendapat perhatian khusus. Dalam penelitian tindakan bimbingan konseling ini peserta didik yang perlu mendapat perhatian khusus adalah peserta didik yang memiliki kriteria antara lain : tidak percaya diri, kurang percaya diri dan yang cukup percaya diri seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel 2 : Data Peserta Didik yang Perlu Dibimbing Percaya Diri
No | Nama | Jumlah Skor | Kategori |
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. |
AHR
ASM ATN DSA FDA FIS HYT HRN JNT LDL MFS NSN RST SSA SNF SSM YAY |
50
68 50 74 72 74 72 50 70 74 74 72 74 74 70 74 50 |
Kurang Percaya Diri
Cukup Percaya Diri Kurang Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Kurang Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Cukup Percaya Diri Kurang Percaya Diri |
Rata-rata skor | 67,37 | Cukup percaya Diri | |
Prosentase Sudah Tuntas | 60,47 % | ||
Prosentase Belum Tuntas | 39,53% |
Hasi Penelitian Siklus I
Penelitian dilaksanakan minggu II , III dan IV bulan Januari 2019
Tabel 4 : Refleksi dan Tanggapan Peneliti dan Observer Terhadap Peserta Didik Kelas IX B Siklus
No | Nama | URAIAN PENELITI | URAIAN OBSERVER |
1. | AHR | Peserta didik berani menga-jukan pertanyaan pada peneliti | Peserta didik berani bertanya |
2. | ASM | Peserta didik dapat menjawab pertanyaan diajukan peneliti | Peserta didik berani berpendapat |
3. | ATN | Peserta didik dengan tenang mencari solusi dalam konseling | Peserta didik nampak aktif dalam kegiatan konseling |
4. | DSA | Peserta didik dapat menjawab pertanyaan peneliti dengan lancar dan cepat | Peserta didik aktif dan partisipatif dalam konseling |
5. | FDA | Peserta didik mengungkapkan persoalan dengan tenang | Peserta didik bisa berpendapat, menyampaikan idenya |
6. | FIS | Peserta didik dapat mengaju-kan pertanyaan dengan lancar | Peserta didik mampu mengajukan pertanyaan |
7. | HYT | Peserta didik bisa menjawab/ mencari solusi dalam konseling | Peserta didik mampu berperan dalam konseling |
8. | HRN | Peserta didik dapat berperan dengan berani dalam konseling | Peserta didik mampu berko-munikasi dengan baik |
9. | JNT | Peserta didik berani mengaju-kan alternatif | Peserta didik berani mengung-kapkan perasaan |
10. | LDL | Peserta didik dapat berpenda-pat dengan tenang | Peserta didik dapat berpenda-pat |
11. | MFS | Peserta didik aktif dan komu-nikatif | Peserta didik dapat berperan dengan baik |
12. | NSN | Peserta didik dapat mengaju-kan argumentasi dengan tenang | Peserta didik berani mengelu-arkan ide |
13. | RST | Peserta didik mampu berbicara dengan tenang dan lancar | Siswa berbicara antusias dan semangat |
14. | SSA | Peserta didik dapat mengikuti konseling dengan tenang | Peserta didik dapat berperan dalam konseling |
15. | SNF | Peserta didik dapat berperan aktif dalam konseling | Peserta didik berperan aktif dalam konseling |
16. | SSM | Peserta didik dapat berperan dengan antusias | Peserta didik berani berbicara dengan lancer |
17. | YAY | Peserta didik mampu berbicara dengan tenang dan lancar | Siswa berbicara antusias dan semangat |
Dari hasil pengamatan dan wawancara serta diskusi dengan observer mereka masih perlu berlatih agar peserta didik dapat meningkatkan rasa percaya diri.
Gambar 1 grafik perbandingan prosentase rata-rata rasa percaya diri peserta didik tampil berkelompok di depan kelas antara prasiklus, siklus i dan siklus ii
Tabel 5 : Perbandingan Hasil Angket Percaya Diri Peserta Didik antara Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No | Nama | Jumlah Skor | ||
Prasiklus | Siklus I | Siklus II | ||
1. | AHR | 59 | 72 | 86 |
2. | ASM | 61 | 80 | 94 |
3. | ATN | 68 | 63 | 77 |
4. | DSA | 52 | 81 | 95 |
5. | FDA | 72 | 72 | 86 |
6. | FIS | 48 | 83 | 97 |
7. | HYT | 52 | 64 | 78 |
8. | HRN | 68 | 69 | 83 |
9. | JNT | 60 | 61 | 75 |
10. | LDL | 64 | 81 | 95 |
11. | MFS | 56 | 72 | 86 |
12. | NSN | 62 | 65 | 79 |
13. | RST | 58 | 59 | 73 |
14. | SSA | 54 | 73 | 87 |
15. | SNF | 60 | 79 | 93 |
16. | SSM | 66 | 72 | 86 |
17. | YAY | 60 | 79 | 93 |
Rata-rata Skor / % | 60 / 60% | 72,06 / 72,09% | 86,06 / 86,05% |
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bimbingan konseling ini, peneliti membuat simpulan sebagai berikut
Pendekatan konseling behavior dapat meningkatkan rasa percaya diri dari 17 peserta didik mampu tampil di depan kelas dengan baik.
Telah terjadi perubahan perilaku belajar peserta didik yang cukup baik dalam setiap tahapan proses konseling behavior secara kelompok dan individual ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas peserta didik, pada kondisi awal masih malu-malu setiap tampil, cenderung pasif, diam dan merasa ada hambatan berbicara. Setelah diberi tindakan peserta didik berani tampil percaya diri baik di depan kelompok maupun individual.
B. Saran-saran
Kemampuan memecahkan masalah percaya diri pada peserta didik perlu ditingkatkan, peneliti hendaknya melaksanakan tindakan seperti tersebut di atas bahkan bila memungkinkan dicari alternatif lain yang dapat menambah rasa percaya diri peserta didik.
Penggunaan teknik Konseling behavior dalam konseling kelompok di awali dengan dinamika kelompok.
Pendekatan Konseling behavior disesuaikan dengan kondisi peserta didik sehingga dapat membuat suasana konseling menyenangkan dan peserta didik dapat berusaha untuk mengatasi masalahnya.
Langkah yang dilakukan dalam Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling ini dapat dijadikan alternatif dalam peningkatan rasa percaya diri peserta didik di sekolah lain bila menemukan permasalahan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 2011. Penilaian dan Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Aditya Media.
Ali Suparmo, 2007. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Semarang: IKIP PGRI.
Fatimah Enung, 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan PesertaDidik). Bandung: PT Pustaka SetiaFarida, 2012. Makalah Konseling Behavior.http://fik.upi.edu/direktori/fip/jur.psiko.farida
http://www.discoverthest.org/
wwwmaribelajarbkweb.id/…/ pengertian konseling 19 Juni 2014.
Robincanwardaniblogspot.com/2012/ layanankonsing htmi.26 oktober 2012.
Sudrajat Akhmad, 2011. Mengatasi Masalah Peserta didik Melalui LayananKonseling Individual. Yogyakarta; Paramitras.
M. Jumarin,2007. Tingkah laku manusia dan pengubahannya.Yogyakarta,CV Jaya Globe.
Takari Enjah, 2010. Penelitian Tindakan kelas. Bandung: Ganesindo.
Tohirin, 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Wirdati dan Jauhar Mohammad, 2011. Implementasi Bimbingan danKonseling di Sekolah. Jakarta; Prestasi Pustaka Raya.
BIODATA
Nama : Ani Maryani, S.Pd., S.Pd.
NIP : 19690310 199702 2 004
Pangkat/gol : Pembina, IV/A
Jabatan : Guru Mapel
Unit Kerja : SMP Negeri 2 Bantarkawung