UPAYA PENINGKATAN HASIL KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA
TENTANG BENDA DAN SIFATNYA DENGAN METODE QUANTUM LEARNING
DI KELAS II SDN 1 TANGGERAN KECAMATAN SRUWENG
KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Ratri Tuningsih, S.Pd.SD
NIP. 19770723 200701 2 009
ABSTRAK
Ratri Tuningsih 19770723 200701 2 009.”Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA tentang Benda dan Sifatnya dengan metode Quantum Learning di kelas II SD Negeri 1 Tanggeran “. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA tentang Benda dan Sifatnya di kelas II SD Negeri 1 Tanggeran. Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA. Peningkatan terhadap ketuntasan belajar dari 55,6% pada siklus I menjadi 88,9% pada siklus II, berarti mengalami kenaikan 33,3%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Quantum Learning dapat memperbaiki proses pembelajaran dengan memberikan nuansa belajar yang menyenangkan dan siswa terlibat aktif sehingga hasil belajar meningkat.
Kata Kunci : Quantum Learning, keaktifan, hasil belajar IPA.
PENDAHULUAN
Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah agar siswa memahami konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam (Depdikbud, 1997:2). Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Senior SecondaryEducation Project 2008 memperlihatkan bahwa dalam proses belajar dan mengajar, guru berperan dominan dan informasi hanya berjalan satu arah dari guru ke siswa, sehingga siswa sangat pasif. Sebagaimana pendapat Sudjana (1987: 76), bahwa peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar. Quantum Learning merupakan salah satu cara membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter.
Dalam Quantum Learning siswa akan belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Dengan menerapkan Quantum Learning, maka dalam mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di pendidikan dasar dapat tercapai. Seperti yang telah diutarakan di atas pada saat pembelajaran IPA disebutkan bahwa fungsi metode mengajar dalam keseluruhan sistem pengajaran adalah sebagaimana alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan
Kenyataan tidak demikian, hal ini peneliti alami ditempat peneliti mengajar, yaitu SD Negeri 1 Tanggeran Kecamatan Sruweng pada siswa kelas II. Pada pembelajaran IPA Kelas II yang membahas tentang Benda dan Sifatnya hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Terlihat dari hasil tes formatif yang dikuti 21 siswa hanya 15 yang nilainya >70 atau sudah tuntas belajar. Berarti masih ada 6 siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini pertlu ditindak lanjuti dengan cara perbaikan pembelajaran yaitu melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas.
KERANGKA TEORI
Penerapan Quantum Learning
Menurut Porter dan Hernacki (2001:15) Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah. Tubuh kita secara materi di ibaratkan sebagai materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Porter dan Hernacki 2001:16).
Menurut De Porter dan Hernacki (2001:16) Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode sendiri.
Penerapan Quantum LearningDalam Pembelajaran
Langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Lerning dengan cara: (1) Kekuatan Ambak, (2) Penataan lingkungan belajar, (3) Memupuk sikap juara, (4) Bebaskan gaya belajarnya, (5) Membiasakan mencatat, (6) Membiasakan membaca, (7) Jadikan anak lebih kreatif, dan (8) Melatih kekuatan memori anak.
Fungsi IPA
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994:97-98) Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk: (1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. (2) Mengembangkan keterampilan proses. (3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. (4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. (5) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan IPA
Pengajaran IPA menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan agar siswa: (1) Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari. (2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan ide tentang alam di sekitarnya. (3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar. (4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri. (5) Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. (6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. (7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Keaktifan Belajar
Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98).
Pengertian Hasil Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:391) hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. Dalam hal ini usaha yang dimaksud adalah dengan belajar.
Quantum Learning
Para pendidik dengan pengetahuan NLP menetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang positif, faktor penting untukmerangsang fungsi otak yang paling efektif (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992. Quantum learning adalah kiat, petunjuk, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Media Pembelajaran
Menurut Siddiq (2008; 1-36) bahwa kata “Media berasal dari kata “Medium” yang berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan pesan komunikasi. Jadi media pembelajaran adalah segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran.
Kerangka Berpikir
Hasil belajar IPA KD mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan sekitar
Guru Belum menggunakan alat peraga/media dalam pembelajaran IPA
Menggunakan media alat peraga dalam pembelajaran IPA
Benda dan Sifatnya
Siklus I:
Menggunakan media secara perkelompok © 6 hasil belum maksimalsiswa
Diduga melalui penggunaan media padat dan cair :
- Lebih efektif
- Siswa lebih tertarik
- Siswa lebih aktif dalam PBM
- Hasil belajar siswa meningkat
KONDISI
AKHIR
Siklus II:
Menggunakan media per kelompok© 3 siswa, hasil sudah maksimal
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Hipotesa Tindakan
Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode quantum learning akan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
2. Penggunaan quantum learning akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Indikator dan Kriteria Keberhasilan
Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
- Proses perbaikan pembelajaran/ peningkatan prestasi belajar siswa dinyatakan berhasil jika 80 % dari jumlah siswa tuntas belajar.
- Proses perbaikan pembelajaran/ peningkatan minat belajar siswa dinyatakan berhasil jika 80% dari jumlah siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran dan penemuan informasi berlangsung.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah semua siswa kelas II SD N I Tanggeran yang berjumlah 18 siswa terdiri dari 11 putra dan 7 putri.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD N I Tanggeran, Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen. Peneliti memilih SD N I Tanggeran.
Waktu penelitian
-
-
- Siklus I tanggal 17 dan 18 September 2018
- Siklus I tanggal 24 dan 25 September 2018
-
Desain Prosedur Perbaikan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas melalui proses pengkajian yang terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observation) , dan refleksi (reflection).
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS I
Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
?
SIKLUS II
Pelaksanaan
Refleksi
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah data, sumber data, teknik pengumpul data dan analisis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Berikut ini adalah nilai hasil tes awal IPA tentang benda dan sifatnya pada siswa kelas II SDN I Tanggeran:
NO |
NAMA |
NILAI |
KETERANGAN | |
TUNTAS |
BELUM | |||
1 |
Nickolas Ricki Pratama |
20 |
V | |
2 |
Ayasiqa Fabila |
70 |
V | |
3 |
Azhar Rizqi Nasrullah |
70 |
V | |
4 |
Azyam Zufar Tsaqib |
80 |
V | |
5 |
Fahriza Athar Nur Rahman |
40 |
V | |
6 |
Farah Adellia |
70 |
V | |
7 |
Galen Ar Rasyid |
50 |
V | |
8 |
Gita Wigati |
50 |
V | |
9 |
Kayyisah Arlaita Hanin |
50 |
V | |
10 |
Kholid |
70 |
V | |
11 |
Lexcha Rizal Pahlevi |
50 |
V | |
12 |
M Aufa Anmar |
40 |
V | |
13 |
Pradipa Reswara |
60 |
V | |
14 |
Putri Azzahra |
60 |
V | |
15 |
Raihanah Chalista Salwa |
80 | ||
16 |
Sigit Adi Permana |
50 | ||
17 |
Tifani Azhira Aulia |
80 | ||
18 |
Yan Andreanes |
70 | ||
Jumlah Nilai |
950 | |||
Nilai Tertinggi |
90 | |||
Nilai Terendah |
20 | |||
Rata-rata Nilai |
52,8 |
Tabel 4.1 Rekapitulasi nilai tes awal pembelajaran Ilmu Pengatahuan sekitar.
Nilai rata-rata merupakan wakil kumpulan data, atau nilai rata-rata dianggap suatu nilai yang paling dekat dengan hasil ukuran sebenarnya.Untuk mencari nilai rata-rata peneliti menggunakan distribusi frekuensi, nilai ini berfungsi sebagai wakil dari nilai-nilai hasil pengukuran sekelompok data.
Nilai ( x ) |
Frekuensi (f) |
x.f |
20 40 50 60 70 80 |
2 3 6 2 3 2 |
40 120 300 120 210 160 |
f=18 |
x.f =950 |
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi nilai tes awal.
Mean =x.f
f
= 950=52.8
N0 |
Perolehan |
Hasil |
1. |
Tuntas |
5 |
2. |
Belum tuntas |
13 |
3. |
Nilai rata-rata kelas |
52,8 |
4. |
Nilai KKM |
70 |
Table 4.3 Jumlah siswa yang tuntas, belum tuntas dan rata-rata kelas
pada nilai ulangan tes awal
Pada tes awal siswa yang tuntas 5 siswa dan yang belum tuntas 13 siswa. Perolehan nilai rata-rata kelas 52,8 dan nilai KKM sebagai nilai ukuran keberhasilan minimal yang harus dicapai siswa adalah 70.
Siklus I
NO |
NAMA |
NILAI Awal |
NILAI Siklus 1 |
KET | |
TUNTAS |
BELUM | ||||
1 |
Nickolas Ricki P |
40 |
20 | ||
2 |
Ayasiqa Fabila |
40 |
70 |
v |
v |
3 |
Azhar Rizki N |
70 |
80 |
v | |
4 |
Azyam Zufar Z |
20 |
80 |
v | |
5 |
Fahriza Athar NR |
40 |
800 |
v | |
6 |
Farah Adellia |
50 |
70 |
v | |
7 |
Galen Ar Rasyid |
50 |
60 |
v | |
8 |
Gita Wigati |
50 |
60 |
v | |
9 |
Kayyisah Arlaita H |
50 |
80 |
v | |
10 |
Kholid |
70 |
90 |
v | |
11 |
Lexcha Rizal P |
50 |
60 |
v | |
12 |
M Aufa Anmar |
40 |
60 |
v | |
13 |
Pradipa Reswara |
60 |
70 |
v | |
14 |
Putri Azzahra |
60 |
70 |
v | |
15 |
Raihanah Chalista S |
80 |
90 |
v | |
16 |
Sigit Adi Permana |
50 |
60 |
v | |
17 |
Tifani Azhira Aulia |
75 |
90 | ||
18 |
Yan Andreanes |
70 |
80 | ||
Rata-rata |
52,777 |
66,111 |
Tabel 4.4 Rekapitulasi nilai akhir siklus I pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,
Indikator mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair.
N0 |
Perolehan |
Hasil |
1. |
Tuntas |
10 |
2. |
Belum tuntas |
8 |
3. |
Nilai rata-rata kelas |
66,1 |
4. |
Nilai KKM |
70 |
Tabel 4.5 Jumlah ketuntasan dan nilai rata-rata kelas siswa siklus I
Dari data di atas dapat diterangkan bahwa perolehan nilai pada akhir siklus I, setelah dilakukan perbaikan yang mengalami kenaikan nilai prestasi 10 siswa dan yang belum mengalami kenaikan 8 siswa, berarti mengalami kenaikan 61,1%.Pada tes awal nilai rata-rata kelas 52,8. Setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 66,1. Rata-rata kelas naik sebesar 13,3.jumlahsiswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 10 siswa dan yang belum tuntas 8 siswa.
No |
Tahap |
Aktif |
Tidak Aktif | ||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% | ||
1 |
Siklus I |
9 |
50 |
9 |
50 |
Tabel 4.7 Keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus 1
Berdasarkan data siswa yang menunjukan keaktifan baru sekitar 50% dan 50%. Belum aktif.
Siklus II
NO |
NAMA |
NILAI AWAL |
NILAI SIKLUS I |
NILAI SIKLUS II |
KET | |
TUNTAS |
BELUM | |||||
1 |
Nickolas Ricki P |
20 |
20 |
30 |
v | |
2 |
Ayasiqa Fabila |
40 |
60 |
70 |
V | |
3 |
Azhar Rizqi P |
70 |
80 |
90 |
V | |
4 |
Azyam Zufar T |
20 |
20 |
30 |
v | |
5 |
Fahriza Athar |
40 |
60 |
70 |
V | |
6 |
Farah Adellia |
50 |
70 |
80 |
V | |
7 |
Galen Ar Rasyid |
50 |
60 |
70 |
V | |
8 |
Gita Wigati |
50 |
60 |
70 |
V | |
9 |
Kayyisah Arlaita |
50 |
80 |
90 |
V | |
10 |
Kholid |
70 |
90 |
90 |
V | |
11 |
Lexcha Rizal P |
50 |
70 |
80 |
V | |
12 |
M Aufa Anmar |
40 |
60 |
80 |
V | |
13 |
Pradipa Reswara |
60 |
70 |
90 |
V | |
14 |
Putri Azzahra |
60 |
70 |
80 |
V | |
15 |
Raihanah C |
80 |
90 |
90 |
V | |
16 |
Sigit Adi P |
50 |
60 |
80 |
V | |
17 |
Tifani Azhira A |
80 |
90 |
80 |
V | |
18 |
Yan Andreanes |
70 |
80 |
90 |
V | |
JUMLAH |
950 |
1190 |
1360 |
16 |
2 | |
RATA-RATA |
52,777 |
66,111 |
75,555 | |||
PEMBULATAN |
52,8 |
66,1 |
75,5 |
Tabel 4.9 Rekapitulasi nilai tes awal, tes formatif siklus I, Siklus II
Untuk mencari nilai rata- rata,nilai akhir siklus II pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, indikator mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair seperti di bawah ini.
N0 |
Perolehan |
Hasil |
1. |
Tuntas |
16 |
2. |
Belum tuntas |
2 |
3. |
Rata- rata |
75,5 |
4. |
Nilai KKM |
70 |
Tabel 4.10 Jumlah ketuntasan dan nilai rata-rata kelas siklus II
Pada siklus I nilai rata-rata kelas 66,1. Setelah dilakukan perbaikan dengan memperbaiki kelemahan pada siklus I, nilai rata-rata kelas pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 75,5. Rata-rata kelas naik sebesar 9,4.Kenaikan nilai prestasi setelah dilaksanakan tindakan sampai siklus II, ada 15 siswa yang mengalami kenaikan nilai prestasi (83,3%). Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar adalah 16 (88,9%).
Dari data pengamatan yang dikumpulkan observer diketahui hasil belajar siswa. Pada siklus 2 siswa aktif berjumlah 13 siswa (72,22%) dari keseluruhan jumlah siswa. Sedangkan siswa yang tidak aktif berjumlah 5 siswa (27,78%).
Data selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini :
No |
Tahap |
Aktif |
Tidak Aktif | ||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% | ||
1 |
Siklus 2 |
13 |
72,22 |
5 |
28,78 |
Tabel 4.12 Keaktifan siswa pada siklus 2
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari pelaksanaan tindakan selama 2 siklus, diketahui bahwa kemampuan mengidentifkasi ciri-ciri benda padat dan cair mengalami peningkatan.Peningkatan terjadi bila dibandingkan dengan hasil tes awal maupun peningkatan antar siklus.Sebelum dilakukan tindakan, nilai minimum yang diperoleh adalah 20 dan nilai maksimum 80. Hal ini tentu suatu hasil yang kurang optimal karena nilai rata-rata kelas hanya 52,8. Banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari 70 hanya berjumlah 5 anak atau 27,8 %, sedangkan siswa yang belum memenuhi nilai KKM ada 13 jadi dapat dikatakan pembelajaran belum tuntas sesuai indikator kinerja.
Dengan mengetahui permasalahan yang ada, maka dilaksanakan tindakan pada siklus I dengan hasil yang meningkat. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 20 dan tertinggi 90, sedangkan nilai rata-rata kelas mencapai 66,1. Banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari nilai KKM ada 55,6%, sedangkan siswa yang belum memenuhi nilai KKM ada 44,4% dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa keberhasilan pembelajaran meningkat tetapi belum sesuai harapan.
Pada Siklus II ini, nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 30 dan nilai tertinggi 90, sedangkan nilai rata-rata kelas adalah 75,5. Banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari nilai KKM meningkat yaitu 88,9%, sedangkan nilai yang belum memenuhi KKM ada 11,1% . Hasil ketuntasan pada siklus tindakan II, dari anak 18 siswa yang dapat menuntaskan hasil belajarnya sebanyak 16 siswa, berarti secara klasikal sudah mencapai ketuntasan 88,9%. Dan secara individu 88,9% siswa sudah memenuhi taraf penguasaan minimal.
No |
Perolehan |
Hasil | ||
Tes Awal |
Siklus I |
Siklus II | ||
1. |
Tuntas |
5 |
10 |
16 |
2. |
Belum Tuntas |
13 |
8 |
2 |
3. |
Kenaikan Nilai Prestasi |
52,8 |
66,1 |
75,5 |
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Perolehan Selama Penelitian
Berdasarkan perbandingan hasil belajar pada tes awal, tindakan siklus I dan tindakan siklus II dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan, kondisi awal hanya 5 siswa. Setelah diberi tindakan siklus I siswa yang dinyatakan tuntas mengalami pembesaran menjadi 10. Kemudian membesar lagi menjadi 16 setelah diberi tindakan siklus II.
Data keaktifan siswa juga bertambah menjadi 13 di siklus II yang tadinya hanya 9 di siklus I. Data selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini :
No |
Tahap |
Aktif |
Tidak Aktif | ||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% | ||
1 |
Siklus 1 |
9 |
50 |
9 |
50 |
2 |
Siklus 2 |
13 |
72,22 |
5 |
27,78 |
Tabel 4.14 Keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus 2
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran dengan menerapkan metode Quantum Learning berdampak positif bagi siswa yaitu siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran, karena pengalaman dan percobaan langsung siswa akan berpengaruh besar terhadap hasil belajar, membuat guru untuk lebih menguasai materi karena guru sebagai fasilitator harus menguasai materi dan mampu mengembangkannya serta guru sebagai gagasannya dan menyediakan kesempatan dan pengalaman.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka disarankan:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakanpembelajaran khususnya pembelajaran IPA untuk menerapkan metode Quantum2. Learning sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal dan hasil belajar menjadi meningkat lebih baik.
2. Guru dalam mengajar hendaknya harus melibatkan siswa secara aktif agar siswa merasa lebih dihargai dan diperhatikan sehingga akan meningkatkan perilaku belajar yang baik.
3. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa dimotivasi untuk mampu mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa akan mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam konsep pelajaran yang sedang dipelajarinya.
4. Guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai fasilitator dan motifator yang mampu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam melakukan proses belajar.
BIO DATA PENULIS
Nama : Ratri Tuningsih, S.Pd.SD.
NIP : 19770723 200701 2 009
Unit Kerja : SD Negeri 1 Tanggeran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: FIP IKIP Semarang.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Djazuli, Ahmad, et all. 1994. Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar Dep P dan K, Dirjen pendidikan dasar dan menengah, Jakarta: dinas P dan K.
De Porter,Bobbi dan Mike Hernachi. terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2000. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Kemala, Rosa. 2006. Buku Paket Jelajah IPA Untuk Kelas 5 SD. Jakarta: Yudistira.
Purwodarminto. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. http://www.puskur.or.id/data/ringkasan_kbm.pdf
Sudjana, N. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo
Usman, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kurnia Septiawan Santana, Quamtum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik (Studi pembelajaran jurnalistik yang beriontasi pada life skill ): on line: Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan http://www.depdiknas.go.id
UPAYA PENINGKATAN HASIL KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA
TENTANG BENDA DAN SIFATNYA DENGAN METODE QUANTUM LEARNING
DI KELAS II SDN 1 TANGGERAN KECAMATAN SRUWENG
KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kurnia Septiawan Santana, Quamtum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik (Studi pembelajaran jurnalistik yang beriontasi pada life skill ): on line: Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan http://www.depdiknas.go.id